A. PENDAHULUAN
Metode magnetik merupakan salah satu cabang dari beberapa metode geofisika yang ada selain metode seismik (refraksi dan refleksi), VLF, Resistivity, Ground Penetrating Radar, Gravity dan lainnya. Metode geomagnetik atau lebih sering disebut dengan metode magnetik adalah metode geofisika yang digunakan untuk mengidentifikasi kondisi bawah permukaan bumi dengan memanfaatkan sifat kemagnetan batuan yang diidentifikasikan oleh kerentanan sifat magnet dari batuan tersebut. Variasi intensitas magnetik di permukaan bumi disebabkan oleh adanya variasi distribusi (anomali) benda yang termagnetisasi di bawaah permukaan bumi, paramater intesitas magnetik adalah nano Tesla. Susceptibilitas itu apa ??, susceptibilitas adalah merupakan harga (nilai) intentisat magnet batuan terhadap pengaruh magnet, yang pada umumnya erat kaitannya dengan kandungan (jeroan) mineral dan oksida besi. Gambar 1 Peta sebaran IGRF ( International Geomagnetic Reference Field) yang merupakan nilai medan kemagnetan di tiap daerah berdasarkan letaknya di bumi.
Pengukuran/ Akuisisi Metode Magnetik
Pengukuran data magnetik ini menggunakan suatu alat yang disebut PPM (bukan BBM yah..hehe) atau kepanjangannya Proton Precision Magnetometer (Gambar 2). Menggunakan alat ini akan didapatkan/diukur data berupa data medan magnet utama bumi, variasimedan magnet bumi yang berhubungan dengan kerentanan magnet batuan, medan magnet remanen dan variasi harian akibat aktivitas matahari, sehingga untuk mendapatkan nilai medan magnetik di titik pengukuran dilakukan pengkoreksian data pengukuran lapangan.
Untuk design survey pengukuran Metode Magnetik dapat dilakukan secara acak (spot-spot) ataupun dilakukan dengan garis lurus yang berjejer, dengan misal panjang lintasan 1000 M, spasi (interval) antar titik adalah 10 Meter dan pengambilan data tiap titik pengukuran adalah 3 kali.
Nilai intensitasi magnetik pada titik pengukuran didapatkan dengan melakukan perhitungan yaitu nilai Medan magnetik regional di area penelitian dikurangi dengan penjumlahan medan magnetik pengukuran + Variasi Harian medan magnetik. Setelah proses pengukuran dan prosesing data dilakukan didapatkan suatu peta, yaitu berupa peta sebaran intensitas medan magnet disuatu daerah penelitian (Gambar 4).
Interpretasi
Interpretasi metode magnetik adalah merupakan interpretasi yang ambigu jika data magnetik hanya berdiri sendiri saja, tanpa adanya support data geofisika lainnya seperti data resistivitas atau IP, selain itu intensitas anomali magnetik masih berupa data dipole, dimana masih dipengaruhi oleh medan magnet bumi utara dan selatan.
Namun untuk case pada Gambar 4., yaitu merupakan contoh eksplorasi pasir besi di salah satu desa di Bengkulu, dimana target nya adalah memperkirakan cakupan sebaran pasir besi.
Untuk Gambar 4, Merupakan data metode magnetik yang di ambil pada suatu daerah dengan target berupa sebaran pasir besi. Data magnetik yang telah dilakukan pengolahan hingga reduksi ke kutub (Reduction to pole). Dari data tersebut diinterpretasikan jika anomali yang berwarna merah (menunjukkan anomali medan magnet tinggi) merupakan area sebaran pasir besi yang berada di pesisir pantai dengan nilai > 500 nT (data telah dilakukan Reduction To Pole), area sebaran pasir besi pada boundary line berwarna kuning.
Untuk pengembangan eksplorasi lebih lanjut (sumber daya) harus dilakukan integrasi metode geomagnetik dan geolistrik resistivitas dengan konfigurasi Wenner-Schlumberger.
B.
SEJARAH
METODE GEOMAGNETIK
Metode
Geomagnetik pertama kali di teliti oleh Sir William Gilbert (1540-
1603) kurang lebih 400 tahun yang lalu.
Gilbert adalah orang yang pertama kali
melihat bahwa medan magnet bumi
ekivalen dengan arah utara – selatan
sumbu rotasi bumi. Penemuan Gilbert
kemudian diperdalam oleh Van Wrede
(1843) untuk melokalisir endapan bijih
besi dengan mengukur variasi magnet di
permukaan bumi. Hasil penelitiannya
kemudian dibukukan oleh Thalen (1879)
dengan judul :” The Examination Of Iron
Ore Deposite By Magnetic
Measurement” yang kemudian menjadi
pionir bagi pengukuran magnetisasi
bumi (Geomagnet) Metode magnet adalah
salah satu metode geofisika yang
digunakan untuk menyelidiki kondisi
permukaan bumi dengan memanfaatkan
sifat kemagnetan batuan yang
diidentifikasikan oleh kerentanan magnet batuan.
C. KEGUNAAN METODE GEOMAGNET.
A. Eksplorasi Minyak Bumi dengan Metode Magnetik.
Metode
ini mengukur variasi medan magnetik bumi yang disebabkan
perbedaan properti magnetik dari
bebatuan di bawah permukaan. Survei
magnetik dan gravitasi biasanya
dilakukan di wilayah yang luas seperti
misalnya suatu cekungan (basin).
Dalam eksplorasi migas metoda gravity
dan magnetik memang hanya
dipergunakan untuk tahap awal ,
terutama guna tujuan regional untuk
mengetahui konfigurasi basement (batuan
dasar). Tujuan utamanya adalah
untuk mengetahui ketebalan sedimen,
makin tebal makin bagus dan
potensial untuk source rock. Untuk
penentuan struktur geologinya
digunakan metoda
seismik.
B. Eksplorasi Panas Bumi dengan Metode
Magnetik.
Keadaan
reservoir panas bumi dapat digambarkan menggunakan
metode magnetik. Eksplorasi panas bumi
dengan metode magnetik
dilakukan dengan menafsir secara
kuantitatif terhadap tubuh intrusi.
Biasanya panas bumi terletak di daerah
vulkanik. Kerentanan magnet
panas
bumi sangat bergantung pada variasi batuan di lapangan yang terpengaruh panas.
Dengan mengetahui kerentanan (k) magnetik batuan,dapat dikettahui informasi
tentang panas bumi.
C. Eksplorasi Bijih Besi dengan Metode
Magnetik.
Studi
ini menggambarkan kemampuan metoda magnetik dalam
eksplorasi bijih besi (iron ore) yang
yang berasosiasi dengan granit. Besar
anomali magnetik dipengaruhi sangat
kuat oleh induksi ferromagnetik bijih
besi yang terkandung pada granit.
Berdasarkan pemodelan 2D dan inversi
3D dapat diduga bahwa granit pembawa
bijih besi mengintrusi secara
menjari (dike) dengan jenis mineral
utama adalah magnetit. Batuan granit
yang mengandung bijih besi (iron ore)
berasosiasi dengan anomali magnet
besar (+).
Metoda
magnetik berguna untuk memetakan dan menghitung potensi
bijih besi dibawah permukaan.
Interpretasi kuantitatif dilakukan untuk
menggambarkan bentuk tubuh ’iron ore’
di bawah permukaan berdasarkan
anomali magnetik dan geologi.
Interpretasi dilakukan dengan pemodelan ke
depan (forward modeling) secara 2D dan
3D.
D. Eksplorasi Air Dengan Metode Magnetik.
Air
tanah dapat menyebabkan suatu endapan yang menimbulkan arus
lemah (battery action). Arus ini akan
menghasilkan medan magnet.
Pengukuran-pengukuran tegangan
(voltase) secara sistematis di
permukaan dapat memperlihatkan suatu
perubahan yang signifikan jika
terdapat mineralisasi di bawah
permukaan.
E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN METODE
GEOMAGNETIK
Keunggulan
metode magnetik dibanding metode yang lain:
a. Metode ini sensitive terhadap perubahan
vertical, umumnya digunakan untuk mempelajari tubuh intrusi, batuan dasar, urat
hydrothermal yang kaya akan mineral ferromagnetic, struktur geologi. Umumnya
tubuh telah intrusi, urat hydrothermal kaya akan mineral ferromagnetic(Fe3O4,
Fe2O3)yang memberi kontras pada batuan sekelilingnya.
b. Mineral-mineral ferromagnetic akan
kehilangan sifat kemagnetannya bila dipanasi mendekati temperatur Curie oleh
karena itu efektif digunakan untuk mempelajari daerah yang dicurigai mempunyai potansi
Geothermal.
c. Data acquitsition dan data proceding
dilakukan tidak serumit metoda gaya berat. Penggunaan filter matematis umum
dilakukan untuk memisahkan anomaly berdasarkan panjang gelombang maupun
kedalaman sumber anomaly magnetic yang ingin diselidiki.
Kekurangan metode magnetik dibanding
metode yang lain:
Setiap jenis batuan di bumi walaupun
dalam pengklasifikasian atau
penamaannya sama, dapat saja mempunyai
sifat dan karakteristik yang
spesifik akibat peristiwa geologi yang
dialaminya. Sehingga bisa memberikan
data yang didapat bisa berbeda dengan
kenyataan yang sebenarnya di
bawah permukaan.
F. Penagambilan dan Pengukuran data
Geomagnet di lapangan
·
Metode
Pengambilan data Geomagnet
Penyelidikan magnet biasanya dilakukan
di darat, di udara dan di laut.
Teknik lapangannya tentu saja berbeda
ketiga jenis survey ini, walaupun
operasi di udara dan di laut pada
umumnya melakukan penelitian yang sama
juga peralatan rekamannya sama pula.
Karena pembacaan dan
pengumpulan data lapangan sangat mudah
dilakukan, penyelidikan cara ini
biasanya dipergunakan dalam
penyelidikan-penyelidikan pendahuluan.
Maksudnya secara garis besarnya,
setelah ini biasanya dilanjutkan dengan
penyelidikan lebih detail pada
daerah-daerah yang dianggap prospektip.
Secara bersamaan, cara ini dapat pula
dipadukan dengan cara penyelidikan
yang lain. Sifat penyelidikan dapat
secara langsung ataupun tak langsung
terhadap obyek yang dicari.
Di
darat, observasi magnetik biasanya dibuat pada posisi yang tetap
dengan stasion tersendiri yang biasa
digunakan pula untuk survey gravity. Di
udara dan survey di laut, medan magnet
direkam terus-menerus dari
pergerakannya. Dulu digunakan alat-alat
untuk survey di darat yaitu jenis
type Schmidt keseimbangan magnetiknya
digunakan untuk mengukur
komponen vertikal medan bumi atau
komponen horizontal. Tetapi pada
akhir-akhir ini magnetometer flux-gate
nuclear precession (proton)
kebanyakan digunakan untuk pengukuran
didarat.
a. Penyelidikan dari udara
Biasanya
dilakukan untuk memetakan daerah yang luas. Hasilnya
dapat memberikan petunjuk untuk
penyelidikan selanjutnya. Alat yang
digunakan biasanya adalah flux-gate
magnetometer, nuclear precession.
Kepekaan alat yang dipergunakan
biasanya lebih tinggi (1-5 gamma) dari
pada yang dipergunakan di darat (10-20
gamma). Penyebab utama
mungkin biaya penyelidikan dari udara
jauh lebih mahal, pengukuran
dapat dilakukan jauh diatas permukaan.
Pengukuran
dilakuakan terhadap medan magnetik total sebab
untuk mengukur salah satu komponen,
baik vertikal ataupun horizontal,
presisi posisi sangat menentukan, dan
ini sukar dilakukan pada
penyelidikan ini. Ketinggian
penerbangan diketahui dari altimeter, pola
lintasan diatur memotong struktur
geologi yang diperkirakan, dan
pembacaan diulang secara overlap untuk
menghindari/mengetahui
perubahan secular yang berlangsung
sewaktu-waktu. Hal ini dapat
dilakukan pula dengan bantuan
magnetometer lain yang ditempatkan di
darat sebagai pengecekkan menentukan
lokasi/posisi pesawat yang
biasanya dibantu dengan pemotretan-
pemotretan dari udara secara
bersamaan waktunya. Adakalanya
dilakukan dengan radar, sehingga
posisi pesawat secara tepat dapat
ditentukan. Hasil pembacaan dilakukan
secara periodik, kira-kira 1 detik.
Tentunya cara penyelidikan ini ada
baiknya dan buruknya.
b. Penyelidikan di laut.
Alat
yang digunakan biasanya adalah flux-gate dan proton
magnetometer.
Alatnya biasanya ditarik sejauh 150 hingga 300 maka koreksinya dibelakang
kapal, maksudnya untuk menghindari pengaruh dari kapal tersebut. Kedalamannya
alat sekitar 15 meter di bawah permukaan air laut. Penyelidikan laut memerlukan
biaya yang mahal. Kegunaannya terasa apabila secara bersamaan dilakukan pula
misalnya penyelidikan cara gaya berat. Sasarannya ialah untuk memberikan konfigurasi
struktur geologi di bawah dasar laut. Disamping itu juga mempersiapkan peta geomagnet
regional.
c. Penyelidikan di darat
Cara
penyelidikan ini merupakan cara yang paling tua dilakukan
orang. Letak dan penyebaran titik-titik
pengamatan disesuaikan dengan
sasaran yang akan dicapai. Biasanya
dikombinasi dengan penyelidikan
gaya berat sebab kerapatan titik
pengamatan hampir sama. Alat untuk
penyelidikan di darat adalah flux-gate
magnetometer, alat ini paling praktis
mudah dibawa dan dipidah-pindahkan
serta dapat cepat dibaca. Jarak titik
pengamatan dapat dekat sekali sekitar
10 meter tergantung pada
perkiraan besarnya sasaran yang dicari.
Yang seringkali diukur dalam
penyelidikan ini ialah komponen
vertikal medan magnet bumi. Kadang-
kadang medan total pun dapat diukur
dengan menggunakan proton
magnetometer. Pembacaan ulang dilakukan
setiap satu atau dua jam
pada tempat-tempat yang pernah diukur
sebelumnya. Maksudnya untuk
mengetahui dan mengoreksi terhadap
variasi secara secular. Anomali
yang harus diperhatikan biasanya lebih
dari 500 gamma. Rata-rata
kepekaan alat sekitar 10 gamma. Sebab
itu benda-benda besi disekitar
alat akan mengganggu selam pembacaan,
hal ini harus dihindarkan.
Keadaan topografipun sangat berpengaruh
pada pengukuran, begitu pula
susceptibilitas bahan tubuh magnet
menentukan pula besar kecilnya
pengukuran medan magnet yang diteliti.
·
Metode
Pengukuran Data Geomagnetik
Dalam
melakukan pengukuran geomagnetik, peralatan paling utama yang
digunakan adalah magnetometer.
Peralatan ini digunakan untuk mengukur
kuat medan magnetik di lokasi survei.
Salah satu jenisnya adalah Proton
Precission Magnetometer (PPM) yang
digunakan untuk mengukur nilai kuat
medan magnetik total. Peralatan lain
yang bersifat pendukung di dalam
survei magnetik adalah Global
Positioning System (GPS). Peralatan ini
digunaka untuk mengukur posisi titik
pengukuran yang meliputi bujur, lintang,
ketinggian, dan waktu. GPS ini dalam
penentuan posisi suatu titik lokasi
menggunakan bantuan satelit. Penggunaan
sinyal satelit karena sinyal satelit
menjangkau daerah yang sangat luas dan
tidak terganggu oleh gunung,
bukit, lembah dan jurang.
Beberapa
peralatan penunjang lain yang sering digunakan di
dalam survei magnetik, antara lain
(Sehan, 2001) :
ü Kompas geologi, untuk mengetahui arah
utara dan selatan dari medan magnet bumi.
ü
Peta
topografi, untuk menentukan rute perjalanan dan letak titik pengukuran pada
saat survei magnetik di lokasi
ü
Sarana
transportasi
ü
Buku kerja, untuk mencatat data-data selama
pengambilan data
ü PC atau laptop dengan software seperti
Surfer, Matlab, Mag2DC, dan lain-lain.
Pengukuran
data medan magnetik di lapangan dilakukan menggunakan peralatan PPM, yang merupakan
portable magnetometer. Data yang dicatat selama proses pengukuran adalah hari,
tanggal, waktu, kuat medan magnetik, kondisi cuaca dan lingkungan.
Dalam
melakukan akuisisi data magnetik yang pertama dilakukan adalah menentukan base
station dan membuat station – station pengukuran (usahakan membentuk grid -
grid). Ukuran gridnya disesuaikan dengan luasnya lokasi pengukuran, kemudian
dilakukan pengukuran medan magnet di station - station pengukuran di setiap Lintasan,
pada saat yang bersamaan pula dilakukan pengukuran variasi harian di base
station.
G. CARA PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA METODE
GEOMAGNETIK
a. Pengolahan Data IGRF
IGRF
singkatan dari the international geomagnetic Reference Field.
Merupakan medan acuan geomagnetik
international. Pada dasarnya nilai
IGRF merupakan nilai kuat medan
magnetic utama bumi (H0). Nilai IGRF
termasuk nilai yang ikut terukur pada
saat kita melakukan pengukuran
medan magneik di permukaan bumi, yang
merupakan komponen paling
dasar dalam survei geomagnetic,
sehingga dilakukan koreksi untuk
menghilangkannya. . Koreksi nilai IGRF
terhadap data medan magnetik hasil
pengukuran dilakukan karena nilai yang
menjadi terget survei magnetic adalan anomali medan magnetik (ΔHr0). Nilai IGRF
yang diperoleh dikoreksikan terhadap data kuat medan magnetik total dari hasil
pengukuran di setiap stasiun atau titik lokasi pengukuran. Meskipun nilai IGRF
tidak menjadi target survei, namun nilai ini bersama-sama dengan nilai sudut
inklinasi dan sudut deklinasi sangat diperlukan pada saat memasukkan pemodelan
dan interpretasi
b. Pengolahan Data Geomagnetik
Untuk
memperoleh nilai anomali medan magnetik yang diinginkan, maka
dilakukan koreksi terhadap data medan
magnetik total hasil pengukuran
pada setiap titik lokasi atau stasiun
pengukuran, yang mencakup koreksi
harian, IGRF dan topografi
1. Koreksi Harian
Koreksi
harian (diurnal correction) merupakan penyimpangan nilai
medan magnetik bumi akibat adanya
perbedaan waktu dan efek radiasi
matahari dalam satu hari.
Waktu
yang dimaksudkan harus mengacu atau sesuai dengan waktu
pengukuran data medan magnetik di
setiap titik lokasi (stasiun
pengukuran) yang akan dikoreksi.
Apabila nilai variasi harian negatif,
maka koreksi harian dilakukan dengan
cara menambahkan nilai variasi
harian yang terekan pada waktu tertentu
terhadap data medan magnetik
yang akan dikoreksi. Sebaliknya apabila
variasi harian bernilai positif
maka koreksinya dilakukan dengan cara
mengurangkan nilai variasi
harian yang terekan pada waktu tertentu
terhadap data medan magnetik
yang akan dikoreksi, datap dituliskan
dalam persamaan :
ΔH = Htotal ± ΔHharian
2. Koreksi Topografi
Koreksi
topografi dilakukan jika pengaruh topografi dalam survei
megnetik sangat kuat. Koreksi topografi
dalam survei geomagnetik tidak
mempunyai aturan yang jelas. Salah satu
metode untuk menentukan nilai
koreksinya adalah dengan membangun
suatu model topografi
menggunakan pemodelan beberapa prisma
segiempat (Suryanto, 1988).
Ketika
melakukan pemodelan, nilai suseptibilitas magnetik (k) batuan
topografi harus diketahui, sehingga
model topografi yang dibuat,
menghasilkan nilai anomali medan
magnetik (ΔHtop) sesuai dengan fakta.
Selanjutnya persamaan koreksinya
(setelah dilakukan koreski harian dan
IGRF) dapat dituliska sebagai
ΔH
= Htotal ± ΔHharian – H0- ΔHtop
Setelah
semua koreksi dikenakan pada data-data medan magnetik
yang terukur dilapangan, maka diperoleh
data anomali medan magnetik
total di topogafi. Untuk mengetahui
pola anomali yang diperoleh, yang
akan digunakan sebagai dasar dalam
pendugaan model struktur geologi
bawah permukaan yang mungkin, maka data
anomali harus disajikan
dalam bentuk peta kontur. Peta kontur
terdiri dari garis-garis kontur yang
menghubungkan titik-titik yang memiliki
nilai anomali sama, yang diukur
dar suatu bidang pembanding tertentu.
c. Reduksi ke Bidang Datar
Untuk
mempermudah proses pengolahan dan interpretasi data magnetik,
maka data anomali medan magnetik total
yang masih tersebar di topografi
harus direduksi atau dibawa ke bidang
datar. Proses transformasi ini mutlak
dilakukan, karena proses pengolahan
data berikutnya mensyaratkan input
anomali medan magnetik yang
terdistribusi pada biang datar.
Beberapa teknik untuk mentransformasi
data anomali medan magnetik ke
bidang datar, antara lain : teknik
sumber ekivalen (equivalent source),
lapisan ekivalen (equivalent layer) dan
pendekatan deret Taylor (Taylor
series approximaion), dimana setiap
teknik mempunyai kelebihan dan
kekurangan (Blakely, 1995).
d. Pengangkatan ke Atas
Pengangkatan ke atas atau upward
continuation merupakan proses
transformasi data medan potensial dari
suatu bidang datar ke bidang datar
lainnya yang lebih tinggi. Pada
pengolahan data geomagnetik, proses ini
dapat berfungsi sebagai filter tapis
rendah, yaitu unutk menghilangkan suatu
mereduksi efek magnetik lokal yang
berasal dari berbagai sumber benda
magnetik yang tersebar di permukaan
topografi yang tidak terkait dengan
survei. Proses pengangkatan tidak boleh
terlalu tinggi, karena ini dapat
mereduksi anomali magnetik lokal yang
bersumber dari benda magnetik atau
struktur geologi yang menjadi target
survei magnetik ini.
e. Koreksi Efek Regional
Dalam banyak kasus, data anomali medan
magnetik yang menjadi target
survei selalu bersuperposisi atau
bercampur dengan anomali magnetik lain
yang berasal dari sumber yang sangat
dalam dan luas di bawah permukaan
bumi. Anomali magnetik ini disebut
sebagai anomali magnetik regional
(Breiner, 1973). Untuk menginterpretasi
anomali medan magnetik yang
menjadi target survei, maka dilakukan
koreksi efek regional, yang bertujuan
untuk menghilangkan efek anomali
magnetik regioanl dari data anomali
medan magnetik hasil pengukuran.
Salah satu metode yang dapat digunakan
untuk memperoleh anomali
regional adalah pengangakatan ke atas
hingga pada ketinggian-ketinggian
tertentu, dimana peta kontur anomali
yang dihasilkan sudah cenderung tetap
dan tidak mengalami perubahan pola lagi
ketika dilakukan pengangkatan
yang lebih tinggi.
Beberapa teknik untuk mentransformasi
data anomali medan magnetik ke
bidang datar, antara lain : teknik
sumber ekivalen (equivalent source),
lapisan ekivalen (equivalent layer) dan
pendekatan deret Taylor (Taylor
series approximaion), dimana setiap
teknik mempunyai kelebihan dan
kekurangan (Blakely, 1995).
f. Pengangkatan ke Atas
Pengangkatan ke atas atau upward
continuation merupakan proses
transformasi data medan potensial dari
suatu bidang datar ke bidang datar
lainnya yang lebih tinggi. Pada
pengolahan data geomagnetik, proses ini
dapat berfungsi sebagai filter tapis
rendah, yaitu unutk menghilangkan suatu
mereduksi efek magnetik lokal yang
berasal dari berbagai sumber benda
magnetik yang tersebar di permukaan
topografi yang tidak terkait dengan
survei. Proses pengangkatan tidak boleh
terlalu tinggi, karena ini dapat
mereduksi anomali magnetik lokal yang
bersumber dari benda magnetik atau
struktur geologi yang menjadi target
survei magnetik ini.
g. Koreksi Efek Regional
Dalam banyak kasus, data anomali medan
magnetik yang menjadi target
survei selalu bersuperposisi atau
bercampur dengan anomali magnetik lain
yang berasal dari sumber yang sangat
dalam dan luas di bawah permukaan
bumi. Anomali magnetik ini disebut
sebagai anomali magnetik regional
(Breiner, 1973). Untuk menginterpretasi
anomali medan magnetik yang
menjadi target survei, maka dilakukan
koreksi efek regional, yang bertujuan
untuk menghilangkan efek anomali
magnetik regioanl dari data anomali
medan magnetik hasil pengukuran.
Salah satu metode yang dapat digunakan
untuk memperoleh anomali
regional adalah pengangakatan ke atas
hingga pada ketinggian-ketinggian
tertentu, dimana peta kontur anomali
yang dihasilkan sudah cenderung tetap
dan tidak mengalami perubahan pola lagi
ketika dilakukan pengangkatan
yang lebih tinggi.
H. INTERPRETASI DATA GEOMAGNETIK
Secara umum interpretasi data
geomagnetik terbagi menjadi dua, yaitu
interpretasi kualitatif dan
kuantitatif. Interpretasi kualitatif didasarkan pada pola
kontur anomali medan magnetik yang
bersumber dari distribusi benda-benda
termagnetisasi atau struktur geologi
bawah permukaan bumi. Selanjutnya pola
anomali medan magnetik yang dihasilkan
ditafsirkan berdasarkan informasi
geologi setempat dalam bentuk
distribusi benda magnetik atau struktur geologi,
yang dijadikan dasar pendugaan terhadap
keadaan geologi yang sebenarnya.
Interpretasi kuantitatif bertujuan
untuk menentukan bentuk atau model dan
kedalaman benda anomali atau strukutr
geologi melalui pemodelan matematis.
Untuk melakukan interpretasi
kuantitatif, ada beberapa cara dimana antara satu
dengan lainnya mungkin berbeda,
tergantung dari bentuk anomali yang
diperoleh, sasaran yang dicapai dan
ketelitian hasil pengukuran. Beberapa
pemodelan yang biasa digunakan yaitu
pemodelan dua setengah dimensi dan
pemodelan tiga dimensi.
DAFTAR
PUSTAKA
http://forum.iagi.or.id/viewtopic.php?f=16&t=332
Tidak ada komentar:
Posting Komentar